Tips Memilih Jurusan

“Mau nerusin ke mana setelah SMA?” Mungkin itu yang ada di benak kamu-kamu yang udah kelas tiga SMA. Pertanyaan klasik yang susah banget untuk menjawabnya. Gimana nggak susah, khan buanyak banget Perguruan Tinggi baik swasta ato negeri yang ada di Indonesia. Masak kamu akan menyeleksi semua perguruan tinggi tersebut satu persatu? Alamak….sampe mata belekan kamu akan tambah bingung #@$&*???
Untuk itu, simak deh tips memilih perguruan tinggi dibawah ini :
 
MINAT
Faktor utama yang harus kamu ketahui adalah minat kamu sendiri. Kalo kamu udah tau minat kamu ke program studi apa, akan semakin memudahkan kamu memilih perguruan tinggi dan yang lebih penting kamu akan mudah dan terpacu untuk menyelesaikan studimu. BIAYA Seringkali universitas yang kita inginkan nggak sesuai dengan keadaan keuangan ortu kita. Kuliah di Perguruan Tinggi emang banyak komponen biayanya seperti misalnya uang pendaftaran, uang gedung, spp, uang praktikum, de-el-el. Yang lebih nggak bisa diperkirakan adalah biaya mendadak seperti fotokopi, beli buku, ataupun transportasi. Belum lagi kalo kita musti kos karena tempat kuliah yang jauh dari rumah. Jadi, supaya amannya, pada saat kamu akan melakukan pendaftaran, tanyakan secara detail biaya apa saja yang harus kamu tanggung selama kuliah. Perhitungkan juga biaya lain-lain yang akan kamu tanggung saat menjadi mahasiswa. Diskusikan masalah tersebut bersama ortu agar ortu nggak kalang kabut nyariin biaya setelah kamu kuliah di tempat tersebut.

PROSPEK
Saat ini banyak banget program studi yang ditawarkan baik oleh PTN maupun PTS, tentu tidak semuanya menjanjikan prospek pekerjaan yang cerah di masa mendatang. Manakah yang akan kamu pilih, program studi yang selalu menjadi favorit, tapi pada akhirnya banyak lulusannya yang menganggurataukah program studi yang tidak termasuk kategori favorit, tapi begitu lulus langsung dapet kerja (biasanya karena lulusannya yg langka sedangkan dunia kerja masih sangat terbuka)?? Kamu harus dapat memprediksi prospek bidang studi yang anda pilih dalam memasuki lapangan pekerjaan sesudah lulus nanti. Bertanyalah kepada orang tua, guru, teman, konsultan, atau siapapun. Jangan pertaruhkan masa depanmu. INGAT SEMAKIN BANYAK LULUSAN MAKIN SEMPIT LAPANGAN PEKERJAAN............

REPUTASI
Apakah kamu memilih perguruan tinggi karena perguruan tinggi tersebut terkenal saja? Wah…itu salah. Ada bebepa faktor yang harus kamu pertimbangkan jika kamu ingin memilih perguruan tinggi tersebut, misalkan bagaimana fasilitas belajar-mengajarnya, kualitas lulusannya, dan bagaimana reputasi perguruan tinggi tersebut di kalangan pendidik.

STATUS AKREDITASI
Kalo tahun-tahun sebelumnya kamu kenal dengan status disamakan, diakui ataupun terdaftar, sekarang ini ada yang dinamakan dengan status akreditasi. Status inilah yang saat ini menjadi salah satu faktor utama yang digunakan oleh PTS untuk mengiklankan dirinya. Status ini diberikan untuk program studi yang diselenggaran dan bukan pada keseluruhan jurusan/program studi pada suatu perguruan tinggi. Status akreditasi ini menentukan kemandirian suatu program studi dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

JALUR DAN JENJANG PENDIDIKAN
Saat ini banyak sekali program pendidikan dengan berbagai jangka waktu tempuh pendidikan. Untuk itu kamu bisa memilih berapa lama akan menghabiskan waktu yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan kamu. Untuk Indonesia, kita memiliki 2 jenjang jalur pendidikan yaitu jalur akademik (strata 1, 2, 3) serta jalur profesional (diploma 1, 2, 3). Jalur akademik menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, sedangkan jalur profesional menekankan pada keahlian tertentu. Tapi ingat, kamu juga harus bisa membedakan antara jalur diploma yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi dan jalur diploma yang diselenggarakan oleh lembaga kursus. Biasanya lembaga kursus akan menjaring siswanya dengan mengiming-imingi kata-kata ”setara” diploma 1, diploma 2 atau diploma 3. Pada kenyataannya sertivikat yang akan kita terima tidak dapita gunakan untuk transfer/alih pendidikan di perguruan tinggi lain. Hal ini karena sertivikat yang dikeluarkan oleh lembaga kursus hingga saat ini belum diakui untuk dapat disetarakan dengan diploma dari perguruan tinggi.

FASILITAS PENDIDIKAN
Hati-hatilah dengan tampilan fisik. Himbauan ini nggak hanya berlaku kalo kita memilih teman, tetapi berlaku juga jika kita akan memilih suatu perguruan tinggi. Gedung megah dan ber-AC saja tidak cukup untuk menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik. Fasilitas utama yang harus kami ketahui dalam suatu perguruan tinggi adalah seberapa baik dan bagusnya fasilitas seperti laboratorium (komputer, akuntansi, bahasa, dan lain-lain), studio dan perpustakaan yang dimiliki.

Vertigo

Vertigo bukan penyakit melainkan gejala dari sederet penyakit. Sekurang-kurangnya ada sepuluh penyakit yang disertai gejala vertigo. Bisa enteng, mungkin juga berat. Ada yang menyembuh sendiri, ada pula yang perlu operasi. 

Vertigo adalah rasa berputar-putar. Melihat benda dan barang-barang di sekitar berjumpalitan, itu yang lazim dikeluhkan orang yang sedang vertigo. Ia merasa badan dan benda di sekelilingnya berputar.


Vertigo sering dirancukan dengan perasaan kepala kosong, rasa seperti mau pingsan akibat darah rendah , atau kurang darah. Namun, tidak ada rasa berputar-putar. Pada vertigo betulan orang juga mengalami gangguan berjalan lurus, selain mungkin mual dan pergerakan bolamata abnormal ke salah satu sisi. Pada penyakit Meniere, keluhan vertigo disertai gangguan pendengaran.

Organ Keseimbangan
  • Tubuh senantiasa terpelihara dalam posisi tegak seimbang berkat ada alat kontrol organ keseimbangan di dalam ruang telinga tengah.
Organ keseimbangan bekerja sebagai sebuah sistem. Ada tiga gelung pipa (semicircular canal) berisi cairan yang ketiganya bermuara ke ruang vestibule. 

Di setiap ujung gelung pipa terdapat ujung-ujung saraf cupula yang berada dalam ruang ampula. Cupula ini bersifat peka rangsangan jika tersentuh oleh aliran cairan dalam gelung pipa yang mengalir hilir mudik, sesuai posisi dan gerakan kepala. Dalam posisi kepala tertentu kadang aliran dalam gelung menyentuh cupula, kadang pula tidak. 

Ada tidaknya sentuhan aliran cairan dalam masing-masing gelung pipa terhadap masing-masing cupula yang akan memberi informasi ke otak lewat saraf keseimbangan (vestibular nerve). Informasi ini yang mengabarkan ke otak sedang dalam posisi apa tubuh berada dari saat ke saat. Lalu otak menata psosisi seimbang dengan memerintahkan kepala dan postur tubuh jika ternyata tidak berada dalam posisi tidak, atau kurang seimbang, sehingga tubuh senantiasa terpelihara dalam posisi tegak seimbang. Untuk itu, perlu koordinasi dengan mata juga. 

Keluhan vertigo muncul jika kerja organ keseimbangan ini mengalami gangguan. Gangguan bisa terjadi di komponen mana saja. Bisa di organ keseimbangan, bisa juga di tingkat pusat atau otak. Karena itu untuk melacak penyebab vertigo-nya perlu dilakukan beberapa tes dan pemeriksaan di bagian mana organ keseimbangan mengalami gangguan. Untuk itu diperlukan tes, termasuk tes pendengaran, tes fungsi vestibule, foto tengkorak, pemeriksaan cairan otak, rekam otak EEG, scan kepala, dan pemeriksaan pembuluh darah leher serta kepala. 

Penyakit telinga sendiri lebih dari sepuluh jenis. Gangguan telingan bisa menjadi sumber penyebab vertigo, termasuk infeksi radang, dan tumor di dalam ruang telinga tengah, tempat organ keseimbangan berada. Infeksi dan tumor juga bisa mengenai saraf dan inti saraf di dalam otak, selain jika terjadi kelainan bola mata , gangguan aliran darah leher, penyakit saraf, atau tumor otak.

Sifat Vertigo
  • Vertigo yang datang dadakan dan diselingi masa normal, umumnya bersifat ringan, biasanya disebabkan oleh gangguan organ keseimbangan. Vertigo jenis ini biasanya mereda setelah beberapa hari.
Jika vertigo disertai gangguan pendengaran, tuli sesaat, mendengar bunyi mendesis, kemungkinan ada gangguan di saraf pendengaran juga, selain di organ keseimbangan. Jika ada infeksi di gelung pipa organ kesimbangan, gejala vertigo-nya biasanya berat. Jika keluhan vertigonya menetap untuk waktu lama, dan disertai gerakan bolamata abnormal, diikuti pula dengan gangguan melangkah, kemungkinan gangguannya terletak di otak. Vertigo pada peradangan vestibule di organ keseimbangan bisa menetap beberapa hari sampai beberapa minggu. 

Orang yang mengidap darah rendah sering mengeluh pusing saban kali bangkit dari posisi berbaring (postural hypotension). Pada kasus ini bisa vertigo juga. Termasuk pada orang yang keracunan obat , seperti obat anti TBC, golongan streptomycine, alkohol, dan opium. 

Vertigo tergolong ringan jika penyebabnya bukan di otak melainkan di organ keseimbangan. Selain lebih lekas mereda, vertigonya bangkit hanya jika kepala berputar ke arah tertentu. Jika vertigonya disebabkan gangguan di otak, selain lama meredanya, bangkitan vertigo muncul pada setiap perubahan posisi kepala. 

Vertigo yang bersumber di otak dapat muncul sehabis gegar otak. Kemungkinan saraf vestibule lumpuh sesisi atau kedua sisi. Vertigonya disertai mual dan muntah, yang berlangsung terus menerus dan disertai gerakan bola mata yang abnormal. Dengan obat-obatan keluhan vertigo umumnya sembuh dalam 1-3 bulan. 

Adakalanya setelah vertigo sehabis trauma kepala mereda, disusul vertigo yang bangkit jika kepala dalam posisi tertentu. Vertigo jenis ini hilang timbul, mungkin sepanjang hidup akibat ada kerusakan menetap pada saraf keseimbangan atau kerusakan di ruang vestibule. 

Vertigo akibat keracunan obat bisa menggangu pendengaran. Umumnya setelah obat dihentikan, keluhan akan pulih dalam waktu 6 bulan sampai setahun. Selain vertigo dan tuli, mungkin juga disertai keluhan berisik di telinga (tinnitus). Sindroma keracunan obat umumnya muncul dengan keluhan mual, pusing dan sempoyongan. 

Palsu atau Asli
  • Kasus vertigo yang paling sering, tergolong vertigo jenis ringan. Umumnya bangkit oleh perubahan posisi (Benign Paroxysmal Positional Vertigo). Keluhan biasanya bangkit sehabis dari posisi berbaring.
Setiap kepala bergeser terasa pusing, mungkin disertai mual dan muntah, tanpa disertai gangguan pendengaran. Selain sebab trauma, jenis vertigo ini bagian dari proses menua juga. 

Pada kasus ini ada sejenis kristal kapur (calcium carbonate) yang berada dalam cairan gelung pipa organ keseimbangan. Pada orang-orang tertentu, kristal ini tersangkut di ujung-ujung saraf cupula, sehingga secara berkala keluhan vertigo bangkit. Keluhan biasanya muncul jika kepala bergoyang. Keluhan juga terasakan jika duduk, dan enak jika berbaring miring. 

Pada kasus vertigo betulan, pasien tidak berani menggerakkan kepala maupun membuka mata. Untuk itu perlu penyangga leher agar posisi kepala tetap tegak lurus . Sedang pada kasus vertigo palsu, vertigo akibat keluhan jiwa, misalnya, kepala dapat bebas bergerak tanpa disertai keluhan vertigo, namun mengaku vertigo. 

Terapi vertigo tergantung penyebabnya. Jika tidak ada penyebab organik yang nyata, obat-obatan umumnya bisa menolong. Jika ada gangguan kelainan atau penyakit yang merupakan akar penyebab tentu harus disingkirkan, sebab obat saja tidak menyembuhkan. 

Pada kasus BPPV diperlukan bantuan dengan prosedur tertentu untuk memindahkan kristal kapur ke area yang tidak menimbulkan keluhan vertigo. Atau mungkin diperlukan tindakan pembedahan. 

Vertigo juga bisa merupakan bagian dari tumor otak. Ada beberapa jenis tumor di dasar otak, selain tumor otak kecil, yang gejalanya disertai vertigo. Tumor pada saraf pendengaran umumnya diawali dengan tuli dadakan yang makin hari makin memburuk. Kemudian disusul keluhan vertigo. Kalau berjalan suka sempoyongan. Jika tumornya sudah menjalar muncul kelumpuhan wajah separuh, dan vertigonya kian memburuk. Pada jenis tumor otak lain disertai dengan gejala gangguan fungsi otak lain, sesuai peta fungsi otak yang diembannya.

Setiap keluhan vertigo harus dinilai. Jika gejalanya muncul dari proses yang progresif semakin hari vertigonya semakin berat dan disusul keluhan-keluhan lain. Vertigo yang ringan dan bukan gejala dari penyakit berat, biasanya tidak bertambah berat, dan muncul sesekali saja. Sebagian keluhan vertigo bahkan bisa menyembuh sendiri. (Agustus 2004)

Pleksus Brachialis

Plexus brachialis adalah yang terbaik didefinisikan sebagai jaringan saraf yang membawa sinyal dari tulang belakang untuk bahu, serta lengan dan tangan. Anda dapat angin menderita cedera pleksus brakialis jika anda merusak salah satu dari mereka saraf dalam jaringan itu. Cedera pada pleksus brakialis berarti menderita kelumpuhan di lengan Anda, kurangnya, lemas kontrol otot di tangan Anda, lengan, pergelangan tangan, Anda bahkan mungkin kehilangan sensasi apapun di tangan atau lengan.
Anda dapat angin itu melukai Anda jika Anda bermain banyak olahraga atau memiliki tumor atau memiliki trauma bahu atau peradangan. Sering kali gejala yang paling umum adalah perasaan mati rasa di daerah yang terkena dan nyeri hebat di daerah itu. Luka-luka tidak selalu berlangsung setelah lahir; beberapa anak dilahirkan dengan itu. Ketika ibu tidak mampu mendorong bayi keluar, sering memaksa digunakan untuk menarik bayi keluar, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis bayi sehingga bayi dapat menderita kerusakan saraf.
Tidak semua luka yang parah. Tergantung pada mana saraf Anda telah rusak, tingkat keparahan cedera ditentukan. Bahkan banyak dari luka bisa sembuh dengan sendirinya, tanpa operasi. Hal ini hanya yang berat yang akan perlu pergi di bawah operasi. Dan tentu saja untuk menentukan apakah itu adalah cedera serius atau tidak, Anda harus mengunjungi dokter Anda.
Kasus yang paling serius adalah dikenal sebagai “avulsi”. Avulsion terjadi ketika Anda baik mengelola untuk memotong atau berat akar saraf dari sumsum tulang belakang. Anda juga dapat memiliki avulsion parsial, dalam hal ini bagian dari saraf rusak dan Anda mungkin memiliki kesempatan mungkin bagi saraf untuk melakukan fungsi ketika dan jika sembuh. Salah satu kerusakan paling Anda dapat menyebabkan ke pleksus brakialis dikenal sebagai “Neuropraxia”. Dalam hal ini, hanya lapisan pelindung terluar dari saraf rusak dan ini biasanya tidak akan merusak fungsi saraf.
jika Anda bertanya-tanya bagaimana Anda dapat tetap jelas melukai itu, melakukan yang terbaik Anda untuk tidak regangan bahu dan otot lengan. Jika Anda bermain olahraga, tidak mengerahkan diri Anda. Berhati-hatilah ketika Anda mengangkat barang berat. Wanita hamil harus mengambil tindakan pencegahan, silakan berkonsultasi dengan dokter pribadi Anda dan memperhatikan saran-nya. Anda ingin bayi Anda menjadi sehat.

Migren

Nyeri kepala dapat menyerang siapa saja tanpa terkecuali. Yang kadang-kadang dapat hilang dengan sendirinya. Nyeri kepala akan menimbulkan masalah bagi para penderita jika benar-benar mengalami kesakitan sehingga mengganggu keadaan atau kegiatan sehari-hari seperti yang dialami oleh penderita migren.1, 2, 3
Istilah migren berasal dari pemakaian kata hemicrania oleh Galen sekitar 200 M, untuk melukiskan suatu kelainan periodik yang terdiri atas nyeri hemikranial yang paroksimal serta mengganggu penglihatan, vomitus fotofobia, berulang dengan interval teratur dan mereda ketika keadaan sekeliling tenang.1, 2, 

 
Frekuensi migren pada anak-anak adalah 20% sebelum umur 10 tahun dan 45% sebelum umur 20. Sampai pubertas perbandingan migren antara laki-laki dan perempuan adalah sama, setelah pubertas perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 1 : 3.
Faktor resiko dari migren pada perkembangan anak sekitar 70% dipengaruhi oleh orangtua yang menderita migren pula. Faktor pencetus berupa perubahan lingkungan secara eksternal atau internal menjadi pemicu dalam terjadinya migren. 
Kejadian tertinggi pada migren dengan aura lebih sedikit dibandingkan tanpa aura. 2
Jenis kelamin
Aura
Insidens per 1000 orang
Kejadian tertinggi umur
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Dengan aura
Tidak ada aura
Dengan aura
Tidak ada aura
6,6
10
14,1
18,9
5
10-11
12-13
14-17
 

  Definisi

Migren merupakan serangan nyeri kepala yang berulang, intensitasnya frekuensinya dan lamanya sangat bervariasi, dan merupakan gangguan yang bersifat familial. 1, 2

   Etiologi

Tidak ada keterangan lengkap yang dapat menjelaskan sebab terjadinya migren. 1, 3, 4
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap migren ialah :
  1. Faktor pencetus
Perubahan lingkungan internal dan eksternal penderita. Contoh faktor pencetus trauma, stress psikogenik, gangguan tidur, kelelahan, iklim, beberapa jenis makanan yang mengandung tiramin atau monosodium glutamat.
  1. Faktor familial
Resiko anak yang terkena migren lebih besar jika kedua orang tuanya mempunyai riwayat yang sama.

Klasifikasi
Menurut The Internasional Headache Society klasifikasi migren adalah sebagai berikut :1,2,3,4
  1. Migren tanpa aura
  2. Migren dengan aura
  1. Migren hemiplegia familial
  2. Migren basilaris
  3. Migren aura tanpa nyeri kepala
  4. Migren dengan awitan aura akut

Patogenesis
Migren merupakan reaksi neurovaskular terhadap perubahan mendadak didalam lingkungan eksternal maupun internal, serta setiap individu mempunyai “ambang migren” berbeda.Mekanisme migren dapat dibagi menjadi 3 fase. Pertama pembangkit dibatang otak akibat faktor pencetus. Kedua mungkin sebagai aktivasi vasomotor dimana arteri di dalam otak maupun di luar dapat berkontriksi atau melebar. Ketiga refleks trigeminovaskular yaitu aktivasi sel nukleus kaudatus trigeminal medular (mekanisme otak untuk memproses nyeri pada kepala dan wajah) dan pelepasan neuropeptida yang vasoaktif pada akhiran vaskuler saraf trigeminal,fase terakhir ini yang dapat menyebabkan nyeri. 1,4
Difus locus ceruleus ke korteks serebri dapat mengawali terjadinya oligemia kortikal dan mungkin pula terjadinya depresi yang meluas. Aktivitas didalam sistem ini menjelaskan terjadinya aura pada migren.4
Manifestasi Klinis
  1. Migren tanpa aura
Migren ini tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bersifat kronis, waktu nyeri kepala sangat pendek, pada anak-anak selalu bilateral, frontal, temporal tapi bisa juga unilateral dan insidensi sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia) dan suara (fonofobia) lebih sensitif dibanding dewasa. Disertai juga dengan mual atau muntah. 1,2
  1. Migren dengan aura
Sekitar 20% anak dilaporkan adanya aura sebelum dan selama nyeri kepala. Aura merupakan gejala yang mendahului serangan migren umumnya timbul beberapa menit dan paling lama 30 menit. Gejalanya dapat berupa gangguan visual, gangguan motorik dan gangguan sensorik.
Aura visual berupa distorsi visual atau halusinasi yang umum ditemukan berupa :
  1. Gangguan visual kompleks metamorfosia, mikropsia, makropsia, penglihatan mozaik atau zig-zag, scotoma, photopsia (kilatan cahaya atau lampu).
  2. Keadaan perubahan kesadaran.
  3. Keadaan saperti mimpi atau delirium.
Gejala sensorik dapat berupa parestesi, biasanya mulai dari tangan menyebar ke siku, lengan atas, leher sampai lidah dan bibir.
Gejala motorik berupa rasa lelah, monoparesis atau hemiparesis selain itu dapat disertai dengan kesulitan persepsi dalam menggunakan anggota gerak dan gangguan berbahasa.2,5
  1. Migren hemiplegia familial
Migren dengan aura termasuk hemiplegia atau hemiparesis dengan kriteria klinik yang sama seperti di atas. Nyeri kepala dapat berlangsung sebelumnya ada atau tidak ada. Serangan hemiplegia dapat mendadak selain itu juga disertai dengan parestesi, aura visual, gangguan bicara, perubahan kesadaran, dan diantara anggota keluarga terdekat mempunyai riwayat migren yang sama.1,2

2). Migren basilaris
Migren dengan aura yang jelas berasal dari batang otak atau dari kedua lobus oksipital. Klinis sama dengan pada aura kriteria diagnosis migren dengan tambahan 2 atau lebih gejala aura seperti berikut :1,2,5
  1. Gangguan lapangan penglihatan temporal dan nasal bilateral.
  2. Disatria
  3. Vertigo
  4. Tinitus
  5. Pengurangan pendengaran
  6. Diplopia
  7. Ataksia
  8. Parestesia bilateral
  9. Parastesia bilateral dan penurunan kesadaran

3). Migren aura tanpa nyeri kepala
Migren jenis ini mempunyai gejala aura yang khas tetapi tanpa diikuti nyeri kepala.1

4). Migren dengan awitan aura akut
Migren yang berlangsung kurang dari 5 menit. Kriteria diagnosis sama seperti kriteria migren dengan aura, dimana gejala aura terjadi seketika lebih kurang 4 menit. Selama nyeri berlangsung sekurang-kurangnya disertai mual dan muntah, fonofobia-fotofobia.1

Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan tambahan pada migren hanya bernilai sedikit yaitu dengan:3,6
  1. CT Scan
Pada penderita migren yang ringan tidak menunjukkan suatu kelainan, tetapi pada berat dan lama kadang-kadang memperlihatkan area pembengkakan.
  1. EEG
Pada penderita migren akan tampak suatu daerah perlambatan 2-4 detik selama dan tidak lama setelah serangan tetapi akan menjadi normal kembali seperti biasa dalam beberapa hari.

Diagnosis

A. Kriteria diagnosis migren tanpa aura

  1. Sekurang-kurangnya 5x serangan yang termasuk 2-4
  2. Serangan kepala berlangsung antara 1-48 jam
  3. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya dua dari karakteristik sebagai berikut :
  1. Lokasi bilateral (frontal/temporal) atau unilateral
  2. Sifatnya berdenyut
  3. Intensitasnya sedang sampai berat
  4. Diperberat oleh kegiatan fisik
  1. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari :
  1. Mual atau dengan muntah
  2. Fonofobia atau dengan fotofobia

B. Kriteria diagnosis migren dengan aura
  1. Sekurang-kurangnya 2 serangan yang tersebut dalam 2.
  2. Sekurang-kurangnya 3 dari 4 karakteristik tersebut dibawah ini :
  1. Satu atau lebih gejala aura yang riversibel yang menunjukkan disfungsi hemisfer dan atau batang otak.
  2. Sekurang-kurangnya 1 gejala aura berkembang lebih dari 4 menit, atau 2 atau lebih gejala aura terjadi bersama-sama.
  3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit.
  4. Nyeri dada mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang dari 60 menit.

Diagnosis Banding
Diagnosis migren biasanya dapat ditegakan dari riwayat dan tidak adanya temuan positif pada funduskopi, pemeriksaan fisik serta neurologik yang seksama.3
  • Demam dapat pula menimbulkan nyeri kepala berdenyut akibat vasodilatasi sekunder perifer dan peningkatan aliran darah ke otak.
  • Malformasi serebrovaskular kongenital jarang menyebabkan nyeri kepala vaskular.
  • Tekanan intrakranial yang meningkat misalnya pada tumor otak, hematoma intraserebral, abses otak dapat menyebabkan nyeri kepala.

Penatalaksanaan
Suatu penanganan yang efektif meliputi diagnosis yang tepat, sampai saat ini memang belum mampu sepenuhnya untuk menanggulangi migren ini, migren memang tidak mengancam jiwa seseorang tetapi sangat mengganggu.1,2,3,4
Pengobatan migren terdiri atas :
  1. Menghindari faktor pencetus
Pasien-pasien migren cenderung lebih sensitif terhadap perubahan-perubahan seperti faktor diet. Beberapa zat yang terkandung dalam makanan yang dikaitkan dengan serangan migren antara lain laktosa, nitrit, monosodium glutamat yang biasa terdapat yang diawetkan, mungkin sebaiknya dihindari, perlu juga diperhatikan keteraturan jadwal makan.
Stress sebaiknya dihindari bagi penderita migren terutama stress yang berat. Perubahan cuaca atau lingkungan, silau dan bau-bauan yang menusuk dapat merangsang terjadinya migren.

  1. Terapi non obat
Cara-cara umum yang dianjurkan bagi penderita migren meliputi latihan yang teratur, cara hidup yang teratur, cukup tidur dan saat makan yang teratur. Teknik relaksasi biofeedback, hipnotis dan psikoterapi mungkin dapat berguna pada pasien-pasien tertentu.
Disaat serangan akut, rangsangan sensorik diarahkan seminimal mungkin dengan istirahat ditempat yang tenang, kompres hangat atau dingin dapat membantu meringankan.
Teknik relaksasi biofeedback ialah teknik yang memberi seseorang kontrol lebih baik atas indikator yang menunjukan fungsi tubuh seperti tekanan darah, denyut jantung, suhu, tegangan otot dan gelombang otak. Thermal biofeedback memudahkan pasien untuk menaikkan suhu lengannya dengan sengaja. Pasien yang dapat menaikkan suhu lengannya dapat menurunkan jumlah dan intensitas serangan migren.
Untuk berhasil dengan biofeedback seseorang harus dapat berkonsentrasi dan memiliki motivasi untuk sembuh.Seorang pasien yang belajar biofeedback menggunakan peralatan yang memancarkan suhu dari indek lengan atau lengan kesebuah monitor. Sementara pasien berusaha untuk menghangatkan kedua lengannya, monitor menyajikan feedback baik dimeteran yang memperlihatkan hasil pengukuran atau dengan memperdengarkan suara yang makin nyaring seiring dengan meningkatnya suhu. Pasien tidak diberitahu bagaimana caranya menaikkan suhu lengannya tetapi hanya diberi sugesti seperti “Bayangkan bahwa lengan anda merasa sangat hangat dan berat”.Teknik ini dapat mengurangi jumlah dan kehebatan serangan

  1. Terapi obat
Pada prinsipnya pengobatan migren terdiri dari dua cara atau pendekatan, yaitu : Pengobatan simptomatik disaat serangan dan pengobatan pencegahan atau proliferatif untuk mencegah dan atau mengurangi frekuensi dan beratnya serangan. 
Pengobatan Simptomatik
Pengobatan simptomatik atau pada saat serangan bertujuan untuk mengatasi nyeri akibat terjadinya dilatasi arteri dikulit kepala yang terjadi pada saat serangan. Pengobatan hanya sebagian yang memuaskan, vasokonstriktor seperti ergotamin dan kafein yang diminum saat serangan dapat mengurangi nyeri kepala.1,2,3,4,7
Kombinasi dari kedua obat ini (cafergot digunaan secara luas. Dosis pada anak > 7 tahun 1 tablet pada saat serangan (1-2 mg/hari).
Obat-obat lain yang bisa digunakan adalah obat analgetik seperti Asetaminofen 10-15 mg/kgBB peroral bisa dengan dosis tunggal atau dengan pseudoepledorine 30 mg PO sangat efektif.
Pilihan yang lain yaitu obat anti inflamasi non steroid antara lain ibuprofen 10 mg/kgBB peroral, Naproden sodium < 10 mg/kgBB peroral serta dengan Sumatripan dengan dosis 0,06 mg.kgBB secara subcutan atau 25-50 mg peroral dan 5 atau 20 mg secara inhalan dengan stray, dan biasanya disertai dengan metoclopromide 0,2 mg/kgBB atau promotazin 0,5 mg/kgBB peroral.

Pengobatan Pencegahan
Pengobatan pencegahan pada anak dan remaja jika pengobatan dengan pengobatan simptomatik tidak efektif dan bila serangan sangat berat.
Secara umum pengobatan dimulai dengan dosis yang rendah kemudian berangsur-angsur dinaikan dosisnya. Pengobatan dapat menggunakan B Blocker seperti propanol, dengan dosis awal pada anak < 14 tahun 10 mg/hari/po dan dapat ditambah setiap minggunya menjadi 20 mg. Untuk anak > 14 tahun dosis awal 20 mg/hari/po dapat ditambah 20 mg/hari/po.
Ciproheptadin Hcl suatu antihistamin dapat diberikan pada usia 6 tahun dengan dosis 4 mg/hari/po dapat dinaikan menjadi 12 mg/hari/po.
Anti depresi seperti amitriptylin dapat juga digunakan untuk anak di atas 8 tahun dengan dosis awal 10 mg/hari/po ditambah tiap 2 minggu menjadi 50 mg/hari/po.

II.10 PROGNOSIS
Migren dengan awal kejadian sebelum umur 7 tahun umumnya lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan pada beberapa orang dengan migren dapat berlanjut pada umur 7-15 tahun. 20 % akan menjadi bebas migren pada umur 25 tahun dan 50% akan menjadi migren berlanjut sampai umur 50 dan 60 tahun.2

DAFTAR PUSTAKA

  1. Harsono, Migren Dalam Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi I, Gadjah Mada University Press, 1996, hal 289-299.

  1. Evans R.W, Headaches During Chilhood and adolescence In Handbook of Headache, Lippincont-William S and Wilkins, Philadelphia, 2000, p.139-149.

  1. Robert H.A., Migrain, Nervous System In Nelson Textbook of Pediatric, Vaughan V.C and Nickey R.J, Ed.XIV, W.B Saunders Company Philadelphia,1975, p. 1506-1507.

  1. Raymond D. A. Headache In Horrison’s Textbook Principles of Internal Medicine Ed XI, Mc Graw-Hill Inc, New York, p.77-85.

  1. Priguna Sidharta M.D. Nyeri kepala Dalam Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Dian Rakyat Jakarta,1999, hal 37-38.

  1. Priguna Sidharta M.D. Migren Dalam Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta , 1999, hal 76-77.

  1. R. Hasan dan H. Alatas, Obat atau Dosis Obat, Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2000, hal 1260

Diare

  1. Definisi diare
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya. (3 kali atau lebih dalam 1 hari).
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Penyakit diare atau gastroenteritis adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya(lazimnya frekuensi ini lebih dari 3x sehari)disertai dengan adanya perubahan bentuk tinja.
2. Etiologi
Diare juga merupakan salah satu cetusan gangguan perut. Diare akut umumnya disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi. Diare ringan akan berakhir dalam 1 - 3 hari setelah diobati dengan obat diare yang banyak dijual di pasaran. Jenis diare lain yang muncul sekitar enam jam setelah makan, biasanya karena keracunan bakteri Staphylococcus. Sedangkan racun bakteri Clostridium dalam makanan atau minuman biasanya bereaksi setelah 12 jam. Bila diare terjadi sekitar 12 - 48 jam setelah makan sesuatu, mungkin disebabkan oleh bakteri Salmonella atau Compylobacter atau virus seperti Rotavirus atau Norwalk.
Penyebab diare akut yang lebih jarang bisa karena bakteri disentri, kolera, tifus, paratifus, serta alergi makanan. Sementara pada bayi, diare kebanyakan disebabkan oleh konsumsi susu formula yang tidak cocok atau susu yang terkontaminasi bakteri.
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Faktor enteral, meliputi:
    a.1. Infeksi bakteri
    a.2. Infeksi virus
    a.3. Infeksi parasit
b. Infeksi parenteral
2. Faktor malabsorbsi
    a. malabsorbsi karbohidrat
    b. malabsorbsi lemak
    c. malabsorbsi protein
3. Faktor makanan: makanan basi, beracun,alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis :L rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

3. Klasifikasi diare
Beberapa klasifikasi diare antara lain:
    1. Berdasarkan ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
  1. Diare infeksi spesifik : tifus dan paratifus, disentri, basil enterekolitis nekrotikans dan stafilokokus.
  2. Diare non spesifik : diare dietetic
    1. Berdasarkan organ yang terkena infeksi diare dibagi menjdadi 2 golongan yaitu:
  1. Diare infeksi enteral atau karena infeksi di usus(karena bakteri,virus, atau parasit0
  2. Diare infeksi perenteral atau diare karena infeksi di luar usus misalnya ; karena bronchitis
    1. Berdasarkan lamanya, diare dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
  1. Diare akut atau diare karena infeksi usus yanga bersifat mendadak, berlangsung cepat, dan berakhir dalam waktu 3-5 hari.
  2. Diare kronik

Diare kronik dibagi tiga, yaitu:
  1. Diare osmotik
Dijelaskan dengan adanya faktor melabsorpsi akibat adanya gangguan absorpsi karbohidrat, lemak, atau protein, dan tersering adalah melabsorpsi. Feses terbentuk steatore.
  1. Diare sekretorik
Terdapat gangguan transpor akibat adanya perbedaan osmotik intralumen dengan mukosa yang besar sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar. Feses akan seperti air.
  1. Diare inflamasi
Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai peradangan. Feses berdarah. Kelompok ini paling sering ditemukan. Terbagi dua yaitu inflamasi nonspesifik dan spesifik. Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn termasuk kelompok inflamasi nonspesifik.
4.Patofisologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik dan enzimatik, disertaiganguan mukosa akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk. Peristaltik saluran cerna yang teratur yang teratur akan mengakibatkan proses cerna secara enzimatik berjalan baik. Sedangkan peningkatan motilitas berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik, yang akan mempengaruhi pola defekasi.

5. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare terdiri dari gangguan osmotic, gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus.Patogenesisi diare akut:
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung .
2. Jasad renik tersebut berkembang biak di dalam usus halus.,
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin
4. Oleh toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
6. Manifestasi klinik
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah(muntaber) dan/atau demam, tenesmus,hematoschezia,nyeri perut atau kejang perut.
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkn renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolit yang lanjut. Karena kehilangan cairan, seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air isotonic.

7. Penatalaksanaan
  1. Simtomatis
    1. Rehidrasi
Oralit, cairan infus yaitu ringer laktat, dekstrosa 5%, dekstrosa dalam salin,dll.
    1. Antispasmodik, antikolinergik (antagonis stimulus kolinergik pada reseptor muskarinik)
    2. Obat antidiare
      1. Obat antimotilitas dan sekresi usus
Loperamid (Imodium) : 4 mg per oral (dosis awal), lalu tiap tinja cair diberikan 2 mg, dengan dosis maksimal 16 mg/hari
Difenoksil (Lomotil):4 x 5mg (2 tablet)
Kodein fosfat: 15-60 mg tiap 6 jam
      1. Oktreotid (Sandostatin)
Telah dicoba dengan hasil memuaskan pada diare sekretorik.
      1. Obat antidiare yang mengeras tinja dan absorpsi zat toksik, yaitu:
Arang/charcoal aktif (norit) : 1-2 tablet, diulang sesuai kebutuhan.
Campuran kaolin dan morfin (mengandung 700 mikrogram/10 ml anhyddrous morphin).
    1. Antiemetik (metoklopropamid, prokloprazin, domperidon).
    2. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu:
Vitamin B12 asam folat, vitamin A, vitamin K.
Preparat besi, zinc, dan lain-lain.
    1. obat ekstrak enzim pankreas.
    2. Aluminium hidroksida, memiliki efek konstipasi dan mengikat asam empedu
    3. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
  1. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun noninfeksi. Pada diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.
Daftar obat dan dosis berdasarkan penyebab diare kronik
Etiologi Obat Dosis(per hari) Jangka waktu
Shigela sp Ampisilin 2 x 1g 5-7 hari


Kotrimoksazoi 2 x 2 tab Idem


Siprofloksasin 2 x 500 mg idem


Tetrasiklin 4 x 500 mg idem
H. jejuni Eritromisin 4 x 250-500 mg idem


Siprofloksasin 2 x 500mg 5 hari
Salmonelosis Kloramfenikol 4 x 500mg 5 hari


Peflasin 1 x 400mg 7 hari


Siprofloksasin 2 x 500mg 7 hari
C. difficile Vankomisin 4 x 125mg 7 – 10 hari


metronidazol 3-4 x 1,5-2g Idem
ETEC Trimetopin 3 x 200mg 3 hari


Siprofloksasin 1 x 500mg Idem


Kotrimoksazol 2 x 2 tab idem
Tuberkulosis Rfampisin 10 mg/kg BB



Piraazinamid 20-40 g/kg BB



Etambutolol 15-25 mg/kg BB



Streptomisin 15 mg/kg BB Min 9 bulan
Jamur kandidosis Nistatin 3 x 500.00 U 2-3 mgg
Protozoa giardiasis
Kuinakrin
Metronidazol
3 x 100mg
1 x 2 g
3 x 400mg
7hari
3-5 hari
7 hari


E. histolytica Metronidazol 3 x 800mg 7 hari
Cacing Ascaris Pirantel parnoat
10-22 mg/kg BB
(dosis tunggal max 1 g)
3 hari


Cacing tambang idem idem Idem
Trichuris trichioura mebendazol

2 x 100 mg
3 hari

Penatalaksanaan fisioterapi pada stroke kondisi akut

1. Anatomi Fungsional
a. Kortek Cerebri
Kortek cerebri yang mengatur fungsi motoris terletak pada sulcus presentralis.Sulcus presentralis berjalan ke anterior sejajar dengan sulkus sentralis.Sulkus presentralis terbagi lagi menjadi sulkus presentralis superior dan sulkus inferior.Sulkus frontalis superor dan inferior berasal dari sulkus presentralis menuju kearah depan dan bawah serta membagi permukaan lateral lobus frontalis menjadi tiga gyrus yang sejajar yaitu : gyrus frontalis superior, medius, dan inferior.Pada lobus frontalis terdapat area motorik untuk gerakan volunteer ,area ini terbagi lagi yaitu baca selengkapnya…. untuk kaki, ankle, lutut, pinggul, badan, siku,wrist, angan, leher, muka, lidah , lariynx, yang bekerja dari atas kebawah.Area – area ini berhubungan dengan motor cranial dan AHC, secara menyilang kesamping yang berlawanan didaerah kortiko spinal track.Lobus parietalis terdapat area sensorik, sensasi kinestetik terjadi akibat adanya impuls yang ditimbulkan oleh perangsangan propioseptor diotot, tendon, dan sendi secara tidak disadari namun sampai saraf pusat, bila mana ada kerusakan maka rehabilitasinya sangat sulit.Lobus oksipitalis disini terdapat area penglihatan, informasi yang diterima mata tidak akan diproses diotak bila area ini mengalami  kerusakan. Kerusakan pada area ini akan berakibat berkurangnya pendengaran atau hilang sama sekali.Berkaitan dengan gangguan motorik pada stroke maka penulis menambahkan bagian kortek cerebri yang dapat dipergunakan sebagai dasar referensi bagi lokalisasi proses fisiologis dan patologis dengan memakai angka – angka yang dibuat oleh Broadman dengan memberikan label – label pada masing – masing daerah yang dianggap berbeda dalam kortek cerebri.Pada lobus frontalis daerah tersebut telah terbagi menjadi beberapa area diantaranya area 4 terletak pada gyrus presentralis dan lobus precentralis merupakan daerah motorik yang utama.Area 6 terletak pada gyrus frontalis superior dan medial merupakan bagian sirkuit ekstrapiramidal dan premotor.Area 8 terletak pada gyrus frontalis superior dan medial berhubungan dengan pergerakan mata dan perubahan pupil.Area 9, 10, 11, 12 daerah asosiasi frontalis.
b.Traktus pyramidalis dan exstrapyramidalis         
Di dalam perjalanannya implus motorik dibagi menjadi dua bagian, yaitu  upper motor neuron yang menghantarkan implus dari pusat motorik di cortex cerebri sampai batas synapsis cornu anterior medulla spinalis dan lower  motor neuron yang menghantarkan implus dari cornu anterior medulla spinalis sampai ke otot.Dalam pembahasan upper motor neuron ini akan penulis singgung tentang tractus pyramidalis, tractus extrapyramidalis serta stimulasi tractus pyramidalis dan tractus extrapyramidalis.1)       Tractus pyramidalis Adalah serabut – serabut saraf motoris central yang tergabung dalam suatu berkas yang berfungsi menjalarkan implus motorik yang disadari.Tractus ini membentuk pyramidal pada mendulla oblongata dan  karena itu dinamakan system pyramidal turun dari kapsula interna daeri cortex cerebri. Kira –kira 80 % serabut – serabut ini menyilang garis tengah dalam decussatio pyramidium untuk membentuk tractus corticospinalis lateralis, sisanya turun sebagai tractus corticospinalis anterior.2)       Tractus extrapyramidalis  Sistem tractus extrapyramidalis dapat dianggap suatu system fungsional dengan tiga lapisan integrasi, yaitu cortical, striatal (basal ganglia) dan tegmental (mesensephalon). Fungsi utama dari extrapyramidalis berhubungan dengan gerak yang berkaitan, pengaturan sikap dan integrasi otonom.(Chusid.1993)3)       Stimulasi dari  tractus pyramidalis dan  extrapyramidalisSistem pyramidalis dan  extrapyramidalis menurut John Chas pada tahun 1975,   bekerja bersama – sama untuk memberikan pola gerakkan yang berupa gerak sinergis yang benar dan reaksi postural. Ada beberapa teori yang menjelaskan terjadinya gerakan volunter, yaitu (1) permulaan keinginan/ide untuk bergerak, (2) stimulasi dari motoneuron, (3) perubahan atau kotrol inhibisi dari antagonis, (4) aktifitas dari sinergis dan otot fiksator, (5) penyesuaian postur dan perubahan pola postur untuk membuat  gerakan yang diinginkan.Pada pyramidalis berfungsi pada awal gerakan yang disusun dalam area centrocephal.Jika tractus ini bekerja sendirian tanpa bantuan dari
 system extrapiramidalis, maka gerakan yang dihasilkan akan cenderung menjadi gerakan yang tidak beraturan. Dapat dikatakan bahwa tractus
 pyramidalis akan membentuk suatu gerakan yang berarti, sedangkan tractus extrapyramidalis berpengaruh pada kumpulan motoneuron untuk
 membuat gerakan yang diinginkan tanpa melibatkan aktifitas yang tidak diinginkan.
2.      Vaskularisasi  otak     
Penelitian kebutuhan vital jaringan otak akan oksigen dapat dicerminkan dengan melakukan percobaan dengan menggunakan kucing, para peneliti menemukan lesi permanen yang berat didalam cortex kucing setelah sirkulasi darah otaknya dihentikan hampir selama 3 menit.Diperkirakan bahwa metabolisme otak menggunakan kira – kira 18% dari total konsumsi oksigen oleh tubuh.Pada manusia, dalam suatu saat mungkin otak mengandung kira – kira 7 ml total oksigen, yang dengan kecepatan pemakainan normal akan habis kira – kira 10 detik, oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau masa hidup jaringan SSP yang menghadapi kekurangan oksigen cukup singkat (Chusid, 1993).Berat otak hanya 2,5 % dari berat badan seluruhnya namun otak merupakan organ yang paling banyak menerima darah dari jantung yaitu   20 % dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh (Lumantobing, 2001).  Pengaliran darah ke otak dilakukan oleh dua pembuluh arteri utama yaitu sepasang arteri karotis interna yang mengalir sekitar 70% dari keseluruhan jumlah darah otak dan sepasang arteri vertebralis yang memberikan 30% sisanya. Arteri karotis bercabang menjadi arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media yang memperdarai daerah depan hemisfer cerebri, pada bagian belakang otak dan di bagian otak dibalik lobus temporalis. Kedua bagian otak terakir ini memperoleh darah dari arteri cerebri posterior yang berasal dari arteri vertebralis (Chusid, 1993).Peredaran darah otak dipengaruhi oleh beberapa faktor : (1) Tekanan darah dikepala (perbedaan antara tekanan arterial dan venosa pada daerah setinggi otak), tekanan darah arteri yang penting dan menentukan rata –rata 70 mmHg, dan dibawah tekananan ini akan terjadi pengurangan sirkulasi darah yang serius (2) Resistensi cerebrovasculer: Resistensi aliran darah arteri melewati otak dipengaruhi oleh : (a)Tekanan liquor cerebrospinalis intracranial, peningkatan resistensi terhadap aliran darah terjadi sejajar dengan meningginya tekanan liquor cerebrospinalis, pada tekanan diatas 500 mm air, terjadi suatu restriksi sirkulasi yang ringan sampai berat (b)Viskositas darah : Sirkulasi dapat menurun lebih dari 50 % pada polycythemia, suatu peningkatan yang nyata didalam sirkulasi darah otak dapat terjadi pada anemia berat (c) Keadaan pembuluh darah cerebral, terutama arteriole : Pada keadaan patologis, blok ganglion stelata dapat mengalami kegagalan untuk mempengaruhi aliran darah otak (Chusid,1993)
   3.      Etiologi 
           Dilihat dari etiologi stroke dapat dibagi dalam golongan besar yaitu  stroke haemoragik (perdarahan) dan stroke non haemoragik (infark ishkemia). Etiologi yang akan penulis bahas disini adalah stroke non haemoragik saja.
Stroke non haemoragik, sangat erat hubungannya dengan atherosclerosis. Kata atherosclerosis digunakan bagi sekelompok kelainan yang mengakibatkan menebalnya serta mengurangnya kelenturan (elasitis) dinding pembuluh darah arteri.
Terdapat 3 jenis atherosclerosis, yaitu:
(1) atherosclerosis (ditandai oleh pembentukan ateromata (plaque intima) fokal,
(2) sclerosis Monckeberg (ditandai oleh pengapuran pada tunika media pembuluh darah arteria);
(3) atherosclerosis dengan ditandai oleh proliferasi fibro – muscular atau penebalan endotel dinding arteri berukuran kecil dan arteriol  .   (Lumantobing 2003).

Manifestasi Klinis atherosclerosis bermacam – macam.Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :
(1) Lumen arteri menyempit dan menyebabkan berkurangnya aliran darah. 
(2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis atau perdarahan pada ateroma.
(3) Merupakan tempat untuk terjadinya thrombus dan kemudian dapat melepaskan kepingan thrombus (embolus).
(4) menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian dapat robek (Lumantobing, 2003).
Faktor yang mempengaruhi aliran darah diotak diantaranya :
(1) keadaan arteri, arteri dapat menyempit oleh proses atherosclerosis atau tersumbat oleh thrombus atau embolus
(2) keadaan darah, keadaan darah dapat mempengaruhi aliran darah dan suplai oksigen.Darah bertambah kental, penigkatan vikositas darah, peningkatan hematokrit (misalnya pada penyakit polisitemia) dapat melambatkan aliran darah.Pada anemia berat suplai oksigen dapat pula menurun.
(3) kelainan jantung,  bila denyut jantung tidak teratur dan tidak efisien (misalnya pada fibrilasi, blok jantung) maka curahnya akan menurun dan mengakibatkan aliran darah diotak mengurang (iskemia).Jantung yang sakit dapat pula melepaskan embolus yang kemudian tersangkut dipembuluh darah/arteri otak dan mengakibatkan iskemia (Aliah, dkk.2000)             
Berdasarkan jenis infark srtoke non haemoragik dapat dikelompokkan menjadi : (1) transient ischemik attack (TIA), serangan stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam. (2) reversible ischemic neurologic defisit (RIND) gejala neurologis akan menghilang antara lebih dari 24 jam sampai dengan 21 hari .(3) progresive stroke atau stroke  in evolution; kelainan atau defisit neurologis berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi berat (4) completed stroke; kelainan neurologis sudah menetap, dan tidak berkembang lagi (Iskandar, 2002)Stroke iskemik berdasarkan penyebabnya menurut klasifikasi The National Institute of Neurological Disorders Stroke Part III (NINDS III),dibagi menjadi 4 golongan yaitu (1) Aterotrombotik; erat hubungannya dengan platelet, trombosis (2)cardioemboli (3) lakunar (4) penyebab lain yang menyebabkan hipotensi. (Iskandar, 2002).
               Adapun faktor-faktor resiko lain yang  menjadikan seseorang untuk mudah terserang stroke diantaranya :
a.        Umur  Lebih tua lebih mungkin untuk mengidap ‘stroke’.
b.       Diabetes militus. Orang-orang yang diberi insulin, lebih banyak untuk mengidap ‘stroke’ dari pada mereka yang tidak mempergunakan insulin. Diabetes militus merupakan faktor resiko untuk stroke, namun tidak sekuat hipertensi bagi seseorang berusia 60 tahun dengan tekanan sistole 135 mmHg, probalitas (kemungkinan) untuk mendapat stroke iskhemic dalam jangka waktu 8 tahun adalah 8/1000. bila disamping itu ia menderita diabetes mellitus, probalitas meningkat menjadi 17/1000. Bila tekanan sistole 180 mmHg, probalitasnya ialah 30/1000, dengan diabetes militus probabilitasnya meningkat menjadi 59/1000 (dua kali lipat). (Lumbantobing, 2003)
c.        Faktor Keturunan Orang-orang yang mempunyai faktor keturunan untuk mengembangkan ateroma (aterogenik).Dalam kelompok ini tergolong orang-orang dengan hiperlipidemia dan hiperurikasidemia. (Sidharta, 1999)
d.       Kelainan jantung  Baik orang muda maupun tua kedua-duanya mempuyai faktor resiko besar untuk mengidap ‘stroke’ bila mereka mempuyai penyakit jantung. Beberapa jenis kelainan jantung dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan stroke. Gagal jantung kongestif dan penyakit jantung koroner mempunyai peranan penting dalam terjadinya stroke. Penyakit jantung, baik miokardial (otot), maupun yang valvular(katup), meningkatkan resiko terhadap stroke. Pembesaran serambi, pembesara bilik kiri, kelainan elektrokardiogram  (EKG), semua ini mempertinggi risiko mendapatakan stroke. Risiko mendapatkan stroke menjadi 3 kali lebih besar pada mereka dengan kelainan gelombang R (pada EKG) dan 2 kali lebih besar dengan kelainan gelombang ST-T, dibanding mereka tanpa kelainan tersebut. Penderita dengan kelainan serambi mempunyai risiko untuk stroke 8,5 kali lebih besar ketimbang mereka tanpa kelainan fibrilasi serambi.(Lumbantobing, 2003)
e.        Merokok
Efek merokok terhadap ‘stroke’ tidak begitu nyata dibanding terhadap ‘coronary heart disease’.
f.         Obat pencegah kehamilan  Obat anti hamil merupakan faktor resiko bagi wanita.(Sidharta, 1999). 
2.      Patologi 
Secara patologi suatu infark dapat dibagi dalam : (1) trombosis serebri (2) emboli serebri (3) artheritis sebagai akibat dari lues/arteritis temporalis.Iskemik otak adalah kelainan gangguan suplai darah ke otak yang membahayakan fungsi saraf tanpa memberi perubahan yang menetap.Infark pada otak timbul karena iskemia otak yang lama dan parah dengan perubahan fungsi dan struktur otak yang  ireversible.Gangguan aliran darah otak akan timbul perbedaan daerah jaringan otak: (1) pada daerah yang mengalami hipoksia akan timbul edema sel otak dan bila berlangsung lebih lama, kemungkinan besar akan terjadi infark.(2) daerah sekitar infark timbul daerah penumbra iskemik dimana sel masih hidup tetapi tidak berfungsi.(3) daerah diluar penumbra akan timbul edema lokal atau hiperemis berarti sel masih hidup dn berfungsi.Orang normal mempunyai suatu sistem autoregulasi arteri serebral. Bila tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral menjadi vasospasme (vasokonstriksi).Sebaliknya, bila tekanan darah sistemik menurun, pembuluh serebral akan menjadi vasodilatasi. Dengan demikian, aliran darah ke otak tetap konstan. Walaupun terjadi penurunan tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg, autoregulasi arteri serebral masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap normal. Batas atas tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh autoregulasi ialah 200 mmHg untuk tekanan sistolik dan 110-120 mmHg untuk tekanan diastolik. Ketika tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral akan berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh serebral. Akibatnya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat. Hal ini akan mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak (Hariyono, 2003 ).
        3.      Tanda dan gejala klinis 
Gejala neuorologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah diotak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri adalah timbulnya deficit neurologic secara mendadak/sub, didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun.Komplikasi cacat akibat stroke berdasarkan gangguan neurology fokal otak dapat berupa: (1) gangguan motoris: kelemahan atau kelumpuhan separo anggota gerak, kekakuan pada satu extremitas atau separo tubuh, mulut dan atau bibir mencong, lidah mencong, pelo, melihat dobel (diplopi), kelopak mata sulit di buka (ptosis), gerakan tak terkendali (chorea / atetosis), kejang–kejang (seizer), tersedak (aspirasi), tidak keluar suara (disfoni/afoni)(2) gangguan sensoris: gangguan perasaan (deficit sensoris), kesemutan (parestesi), rasa tebal – tebal (hipertesi), tidak bisa membedakan rabaan (anestesi), pendengaran terganggu (tinnitus/deafness), penglihatan terganggu (gangguan visus) (3) gangguan bicara: sulit berbahasa (disfasia), tidak bisa bicara (afasia motorik), tidak bisa memahami bicara orang (afasia sensorik), tidak dapat mengerti apa yang dilihat (visual agnosia), tidak dapat menulis (agrafia), kepandaian mundur (predemensia), tidak dapat berhitung (acalculia), pelupa (demensia) (5) gangguan psikiatris : mudah menangis (force crying), mudah tertawa (force laughing), depresi, bingung, gangguan otonom, keringat, seksual, sindroma menggerutu (7) gangguan kongnitif : yaitu  pasien mengalami kesulitan untuk mengorganisasikan informasi secara efisien dan terarah, dan juga paisen mengalami kesulitan dalam mengingat perintah yang diberikan kepadanya  (Soetedjo, 2004).
 4.      Komplikasi 
Dari sudut pandang fisioterapi, komplikasi yang akan muncul bila kondisi stroke ini tidak ditangani dengan baik adalah sebagai berikut : (1) penurunan LGS, hal ini bisa disebabkan oleh ketidakaktifan, kelumpuhan, posisi yang tidak baik, serta mobilisasi yang kurang memadai khususnya pada stadium flaccid. (2) subluksasi sendi bahu, terjadi karena kelayuhan otot rotator sendi bahu pada kondisi flaccid dapat menimbulkan nyeri, oedema, penguluran kapsul sendi (3) kontraktur hal ini terjadi karena program latihan terlambat dan atau tidak teratur, adanya spastisitas yang berat, oedema tangan (4) shoulder hand syndrome hal ini bisa terjadi adanya posisi yang tidak benar, tidak ada penyanggaan pada waktu duduk atau berdiri, kurangnya latihan LGS secara efektif (5) efek tirah baring lama hal ini bisa disebabkan karena posisi tidur yang kurang tepat, tidak adanya mobilisasi dini. 
5.      Prognosis 
Prognosis jangka panjang suatu deficit neurologic pada stadium recovery mempunyai prognosis yang cukup baik. Tetapi hal ini sangat tergantung dari usaha rehabilitasi pada pasien. Pada umumnya, penyembuhan pada penderita stroke tidak dapat terjadi secara sempurna, melainkan cacat sisa. Meskipun demikian dengan usaha-usaha rehabilitasi yang dimulai sedini mungkin dan secara intensif pada fase akut dapat mengembangkan penderita pada aktifitas sehari-hari. Sekitar 30%-40% penderita stroke dapat disembuhkan secara sempurna bila ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu, agar pasien tidak menglami kecacatan, tapi sebagian penderita serangan stroke baru datang ke rumah sakit setelah 48 jam terjadinya serangan (Sutarto, 2003) .Dilihat dari tingkat kesadaran akibat stroke haemoragik : (1) sadar 16 % meninggal (2) somnolen 39 % mati (3) yang stupor 71 %(4) koma, maka 100 % meninggal (Aliah, dkk 2000). Dilihat dari jenis kelamin dan usia, laki – laki lebih banyak 61% yang meninggal dari perempuan 41 % dan usia 70 tahun atau lebih angka kematian meningkat tajam.(Aliah, dkk 2000).Di lihat dari prognosis fungsional stroke (1) 75 % mampu merawat diri secara mandiri dengan bantuan minimal (2) 75 % mampu melakukan ambulasi baik dengan atau tanpa alat bantu secara mandiri (3) hampir semuanya mengendalikan BAB dan BAK (4) hanya 10 % mengalami disabilitas/”bed ridden”(Indriastuti, 2004).Dilihat dari status keluaran rumah sakit menurut Misbach pada tahun 1990 yang dikutip oleh Soetedjo pada tahun 2003 (1). Hidup membaik : 59,9% (2) Mati : 23,3% (3) Hidup tak membaik : 1,6 % (4) Hidup Memburuk : 4,3 % (5) Hidup status tidak tercatat : 5,1 % (6) Tidak diketahui : 9,7 %.      
6.      Diagnosis banding 
Berdasarkan gejala – gejala yang ada maka diagnosis banding adalah  perbedaan antara stroke non hemoragik sebab trombosis atau emboli, stroke hemoragik dan tumor pada otak. Hal ini bisa dibedakan dari onset/awitannya, pada stroke yang non hemoragik awal mula terjadi kelumpuhan biasanya saat istirahat / pasien tidak melakukan aktifitas, nyeri kepala sifatnya ringan atau sangat ringan, tidak ditemukan adanya kejang atau muntah saat serangan terjadi serta penurunan kesadarannya bersifat ringan atau sangat ringan sedangkan pada stroke yang disebabkan pendarahan terjadi saat penderita beraktifitas, pasien mengalami nyeri kepala yang  hebat, adanya kejang atau muntah saat serangan terjadi, penurunan kesadarannya bersifat sangat nyata, penderita biasanya hipertensi dengan tiba – tiba terjatuh karena terserang kelumpuhan tubuh sesisi secara serentak, biasanya adanya emosi (marah – marah) yang mendahului sebelum serangan.Pada tumor otak dengan gejala defisit neurologi sangat lambat bahkan sampai berbulan – bulan, pasien mengalami nyeri kepala yang hebat pada saat beraktifitas yang menyebabkan peninggian liquor cerebrospinalis intracranial, seperti membungkuk, mengejan, atau excercaise dan nyeri kepala menurun apabila tidak beraktifitas, keadaan mudah lesu, gangguan daya ingat dan penurunan kesadaran.
Tentunya pemeriksaan dengan CT-scan akan lebih mudah diketahui adakah infark pada otak, adanya trombosis, emboli maupun tumor, disamping itu pemeriksaan sekunder lain, seperti pemeriksaan laboratorium juga mendukung.

B.     Deskripsi Problematika Fisioterapi

         Disini masalah yang dibahas adalah problematik pada hemiparese akibat stroke non hemorhagik pada stadium flaccid ditemukan adanya gangguan – gangguan  berupa (1) Imparment atau gangguan setingkat jaringan yaitu adanya gangguan fungsi paru akibat tirah baring yang lama, berupa penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi volunter maksimal, perubahan regional dalam ventilasi/perfusi, gangguan mekanisme batuk, penurunan ekspansi thorak, hipostatik pneumonia, pada stadium akut ditandai dengan pasien mengalami lumpuh separo anggota tubuhnya oleh karena adanya gangguan tonus berupa penurunan tonus otot/flaccid maupun reflek tendo, potensial terjadi oedem pada ekstremitas sisi sakit, dekubitus, dan kontraktur, adanya gangguan pola gerak atau kontrol motorik, gangguan koordinasi gerakan (2) Funtional limitation gangguan aktifitas fungsional yaitu menurunnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh misalnya tangan dan tungkai untuk aktifitas fungsionalnya misalnya aktifitas tangan untuk makan, minum, menyisir rambut, gosok gigi, mengambil sesuatu akan terganggu, sedangkan aktifitas tungkai misalnya jongkok berdiri dalam buang air besar, gerakan menendang, dan termasuk gangguan  transfer dan ambulasi (3) Disability yaitu ketidakmampuan dalam hal melakukan aktifitas yang bersifat sosial kemasyarakatan misalnya pergi bekerja bakti, pergi dengan berjalan ke pengajian di masjid, pergi main kerumah tetangga dekat, pergi bekerja ke kantor dan sampai pada tingkat kecacatan.  

C. Teknologi Intervensi Fisioterapi

         Pada sub bab ini penuls akan membahas teknologi fisioterapi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, teori – teori pendukung terhadap aplikasi teknologi fisioterapi dan efek fisiologis teknologi fisioterapi pada hemiparese dextra oleh karena stroke non haemorhagik. Terapi pada masing – masing fase tidak terpisah melainkan merupakan suatu kesatuan, terapi fase flaccid merupakan persiapan terapi pada fase spastik.
Modalitas Fisioterapi yang digunakan untuk menangani kondisi stroke stadium akut atau flaccid ini, bertujuan untuk;
(1) mencegah komplikasi pada fungsi paru akibat tirah baring yang lama.
(2) menghambat spastisitas,  pola sinergis ketika ada peningkatan tonus.
(3) mengurangi oedem pada anggota gerak atas dan bawah sisi sakit .
(4) merangsang timbulnya tonus kearah normal, pola gerak dan koordinasi gerak.
(5) meningkatkan kemampuan aktifitas fungsional. Pelaksanaan terapi dilakukan pada ruang ICU dan bangsal rawat inap.
Adapun teknik yang digunakan oleh penulis disini diantaranya :
  1). Passive breathing excercise
Karena sudah satu minggu pasien mengalami serangan stroke.Dan saat ini sebagian besar waktunya digunakan untuk tiduran oleh pasien. Istirahat yang cukup lama dibed dan inaktifitas akan menurunkan metabolisme secara umum .Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional pada sistim tubuh yang komplek, dengan manifestasi klinis berupa sindrom imobilisasi (Saleem dan Vallbona).
Pada pasien yang menderita defisit neurologis efek imobilisasi berakibat pada penurunan kapasitas fungsional. Hal ini menyebabkan membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan potensi fungsi maksimal yang dimiliki pasien. Manifestasi klinik sindrom  imobilisasi salah satunya pada sistem respirasi yang berupa :
(a) penurunan kapasitas vital
(b) penurunan ventilasi volunter maksimal 
(c) perubahan regional dalam ventilasi/perfusi
(d) gangguan mekanisme batuk.
  2). Positioning            
Setiap posisi atau gerak dari pasien harus selalu berada dalam lingkup pola penyembuhan atau berlawanan dengan pola spastisitas yang timbul kemudian, posisi dan latihan gerak dalam pola penyembuhan harus sejak dini dilaksanakan.Pengaturan posisi yang benar dengan posisi  anatomis, ini bermanfaat untuk menghambat  pola sinergis dan spastisitas ketika adanya peningkatan tonus. Posisi tidur terlentang, posisi bahu dan lengan diletakkan diatas bantal sehingga bahu sedikit terdorong ke depan (protaksi) karena pada paisen stroke cenderung untuk terjadi retraksi bahu.Posisi bantal diletakkan dibawah tungkai bawah dengan maksud agar panggul tidak jatuh kebelakang dan tungkai tidak eksternal rotasi. Posisi miring kesisi sehat berfungsi agar tidak terjadi dekubitus dan untuk mencegah komplikasi fungsi paru akibat tirah baring yang lama karena karena sangkar thorak terfiksir dalam posisi ekspirasi, dengan posisi bahu protaksi dan lengan lurus didepan bantal.Posisi miring kesisi sakit, dengan posisi bahu terdorong kedepan dan tidak tertindih akan memberikan rasa berat badan pada sisi lumpuh.Pengaturan posisi elevasi pada ekstremitas bawah dan ekstremitas atas berguna untuk menurunkan oedem dengan menganut prinsip gravitasi dengan postural drainage lewat pembuluh darah dan limfe.Pengaturan posisi furniture pasien disisi lumpuh dengan tujuan (1) rotasi kepala yang diikuti mata paisen secara otomatis kearah benda yang terletak dimeja menimbulkan  suatu kebiasaan untuk meluruskan lengan yang sakit dalam pola penyembuhan (2) berat badan bergeser kerah sisi tubuh terutama sendi panggul, merangsang kesadaran akan sisi yang paralisis (3) gerakan memutar bahu terhadap panggul merupakan gerakan penting dalam mencegah spastisitas.
3). Stimulasi taktil terhadap kulit, otot, persendian dengan tehnik – tehnik: tapping, swiping, aproksimasi.
Stimulasi taktil pada prinsipnya harus menimbulkan kontraksi otot, sehingga akan merangsang golgi tendon dan muscle spindle.Impuls yang berasal dari gelondong otot dan organ tendon dikirim oleh serat konduksi yang paling kaya bermyelin yaitu serat Ia.Impuls propioseptif lain yang berasal dari reseptor fasia, sendi dan jaringan ikat yang lebih dalam, berjalan dalam serat yang kurang bermyelin.Ketukan, swiping, tapping dan aproksimasi akan merangsang propioseptor pada kulit dan persendian, gelondong otot akan bereaksi dengan dikirimnya impuls ke motoneuron anterior, perangsangan neuron ini  menyebabkan  peningkatan kontraksi secara singkat.         
Rangsangan pada muscle spindle dan golgi tendon akan diinformasikan melalui afferen ke susunan saraf pusat sehingga akan mengkontribusikan fasiltas dan inhibisi (gracanin).Rangsangan taktil yang diulang-ulang akan memberikan informasi ke “supraspinal mechanisme” sehingga terjadi pola gerak yang terintegrai dan menjadi gerakan-gerakan pola fungsional. 
Stimulasi taktil melalui saraf motoris perifer melatih fungsi tangan “graps” dan “release” serta dapat memberikan fasilitasi pada otot yang lemah dalam melakukan gerakan .
4). Latihan gerak pasif dengan pola gerak propioceptive neuromusculer fasilitation dengan tehnik rhytmical initiation .
PNF adalah kependekan dari propioceptive Neuromuscular Fasilitation. Dimana maksud dari fasilitasi disini adalah membuat lebih mudah.Dengan demikian kita bisa memberikan tindakan dengan efisien dengan selalu memperhatikan ketepatan dan fungsi gerakan yang dilakukan pasien.Propiceptieve, dengan metode PNF maka akan semakin diperkuat dan diintensifkan rangsangan – rangsangan spesifik melalui receptor yaitu panca indra dan atau propioceptor.Neuromusculair, juga untuk meningkatkan respons dari sistem neouromusculair.
Filosofi dari PNF adalah menangani atau mengobati pasien secara total dengan tujuan mencapai fungsi-fungsi yang optimal dari pasien.PNF berlatar belakang atas konsep sebagai berikut : bahwa kehidupan (dalam arti sempit) adalah sederetan reaksi atas sederetan rangsangan – rangsangan yang diterimanya.Manusia dengan cara demikian akan dapat mencapai bermacam – macam kemampuan motorik.Bila ada gangguan terhadap mekanisme neuromusculair, berarti seseorang tidak dalam kondisi untuk siap bereaksi terhadap rangsangan -rangsangan  yang datang sehingga dia tidak mampu untuk bereaksi kearah yang tepat seperti yang dikehendaki.Metode PNF berusaha memberikan rangsangan – rangsangan yang sesuai dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan atau gerakan yang terkoordinasi.Lewat rangsangan – rangsangan tadi fisioterapis berusaha untuk mengaktifkan lagi mekanisme yang latent dan cadangan –cadangannya dengan tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan fungsional.Metode PNF menganut prinsip – prinsip (1) Ilmu proses tumbuh kembang, perkembangan motoris berkembang dari cranial ke caudal dan dari proksimal ke distal.Gerakan terkoordinasi pada orang dewasa berlangsung dari distal ke proksimal.Gerakan selalu sebelumnya didahului dengan kontrol sikap (stabilisasi), dimana stabilisasi akan menentukan kualitas dari gerakan (2) Prinsip Neurofisiologis, Overflow principe; motoris impuls dapat diperkuat oleh motoris impuls yang lain dari group otot yang lebih kuat yang dalam waktu bersamaan berkontraksi, dimana otot –otot tersebut kira – kira mempunyai fungsi yang sama (otot – otot synergis).overflow principe akan menimbulkan apa yang disebut irradiatie atau summatie.Rangsangan saraf motoris mempunyai ambang rangsang tertentu (semua atau tidak sama sekali).(3) Prinsip ilmu gerak, latihan – latihan isometris ditujukan untuk memperbaiki sikap sedangkan latihan isotonis ditujukan untuk memperbaiki gerakan.Gerakan tunggal murni tidak ada dalam kehidupan, otak hanya mengenal aktifitas otot secara group bukan gerakan individual,setiap gerakan terjadi dalam arah tiga dimensi.gerakan akan semakin kuat bila terjadi bersama – sama dengnan gerakan total yang lain.Dengan dasar – dasar tersebut, metode PNF menyusun latihan – latihan dalam gerakan – gerakan yang selalu melibatkan lebih dari satu sendi dan mempunyai 3 komponen gerakan.Latihan akan lebih cepat berhasil  apabila pasien secara penuh mampu melakukan suatu gerakan dari pada bila hanya melakukan sebagian saja.Hindarkan faktor – faktor yang menghambat latihan misal latihan seharusnya tanpa menimbulkan rasa sakit, pengulangan – pengulangan yang banyak dan bervariasi, sikap posisi awal akan memberikan hasil yang lebih baik, aktifitas yang lama  penting untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, kondisi dari sistem neuromusculair.Tehnik – tehnik PNF adalah alat fasilitasi yang dipilih dengan maksud yang spesifik, tehnik – tehnik tersebut mempunyai maksud (1) mengajarkan pola gerak, menambah kekuatan otot (3) relaksasi (4) memperbaiki koordinasi (5) memperbaiki gerak (6) mengajarkan kembali gerakan (7) menambah stabilisasi.                                     
5) Mobilisasi dini dengan latihan secara pasif dan aktif.
Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang disebabkan oleh pemulihan sistem saraf pada daerah otak yang terkena.Pemulihan motorik sangat bervariasi, banyak diantara mereka yang mengalami pemulihan lengkap (recovery completely) namun tidak sedikit pula yang harus berlatih keras guna memperoleh kembali kemampuan fungsionalnya atau bahkan banyak diantaranya harus menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.
Pemulihan motorik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu
(1) resolusi dari faktor – faktor lokal yang merusak dan ini biasanya merupakan pemulihan spontan yang umumnya berlangsung antara  3 sampai dengan 6 bulan. Bahkan proses ini bisa hanya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem lokal, perbaikan sirkulasi darah lokal dan penyerapan jaringan yang rusak
(2) Neuroplastisitas yang terjadi pada stadium lanjut, penderita stroke mempunyai hubungan bermakna terhadap reorganisasi yang disebut “Neural Plasticity” dalam proses perbaikan sistem sarafnya.  penyembuhan saraf penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh sejak fase awal hingga fase penyembuhan salah satu pendekatannya adalah pendekatan fisik (physical therapy). ( Purbo kuntono, 1997)
Proses perbaikan pada penderita stroke, pada fase awal perbaikan fungsional neurologi berupa perbaikan lesi primer oleh penyerapan kembali oedema di otak dan membaiknya sistem vaskularisasi.Dalam beberapa waktu kemudian berlanjut ke perbaikan fungsi aksonal atau aktivasi sinaps yang tidak efektif.Pada penderita stroke, perbaikan fungsi neuron berlangsung kurang lebih dalam waktu satu tahun. Prediksi perbaikan ini sangat tergantung dari luasnya defisit neurologi awal, perkembangan lesi, ukuran dan topis kelainan di otak, serta keadaan sebelumnya. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh usia nutrisi dan tindakan terapi (fisioterapi) yang juga merupakan faktor yang menentukan dalam proses perbaikan.Kemampuan otak untuk memodifikasi dan mereorganisasi fungsi dari fungsi yang mengalami cendera\kerusakan disebut “neural plastisity”
Otak mempunyai kemampuan untuk beradaptasi, memperbaiki, mengatasi perubahan lingkungan nya (bahaya-bahaya) melalui penyatuan neuronal kembali yang dikelompokan menjadi :
(1) Sprouting ( Collateral Sprouting ) merupakan respon neuron daerah yang tidak mengalami cendera dari sel-sel yang utuh ke daerah yang debervasi setelah ada cendera.Perhatikan fungsi SSP dapat berlangsung beberapa bulan atau tahun setelah cendera dan dapat terjadi secara luas di otak pada daerah setal nukleus, hipokampus, dan sistem saraf tepi.
(2) Unmasking, dalam keadaan normal, banyak akson dan sinaps yang tidak aktif. Apabila “ Jalur Utama” mengalami kerusakan maka fungsinya akan diambil oleh akson menurut wall dan kabath, jalur sinapsis mempunyai mekanisme homestatik, dimana penurunan masukan akan menyebabkan naiknya eksitabilitas sinapsnya .
(3)Diachisia (Dissipation of diachisia) keadaan dimana terdapat hilangnya kesinambungan fungsi atau adanya hambatan fungsi dari traktus-traktus sentral di otak (Purbo kuntono, 1997 yang dikutip dari Meryl Roth Gesch M, 1992) .
Maka perbaikan fungsi pada penderita post stroke dapat dilakukan melalui dua cara : (1) Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk mempengaruhi fasilitas dan mendidik kembali fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi (2) Latihan untuk mempengaruhi gerak kompensasi sebagai pengganti daerah yang akan lesi.
Pada fase penyembuhan ini latihan sangat berpengaruh dalam derajat maupun kecepatan perbaikan fungsi.Mobilisasi dengan latihan pasif dan latihan aktif sedini mungkin yang dilakukan serta berulang-ulang akan menjadi gerak yang terkontrol atau terkendali.