Semarang, NU Online
Islam adalah agama penuh rahmat, pembawa kasih sayang bagi semesta alam. Nama Islam sendiri bermakna keselamatan, kedamaian. Berabad abad lamanya umat muslim nusantara membuktikan hal itu, sejak masuknya dakwah Islam hingga mendirikan negara Indonesia.
Namun setelah gerakan trans nasional masuk membawa ideologi kebencian, Islam di Indonesia maupun dunia jadi identik dengan terorisme. Gara-gara radikalisme yang dilakukan kaum fundamentalis, orang jadi fobia terhadap Islam.
Kelompok itu berpenampilan berbeda dengan umat muslim yang telah ratusan tahun membangun budaya, mereka menganggap dirinya benar dan selainnya salah dan sesat. Lalu mengobarkan kebencian terhadap adat Nusantara dan menuding Indonesia sebagai negara kafir (darul harb) karena tidak berdasar syariat versi mereka.
Puncaknya, golongan munkar ini menebar teror fisik setelah teror verbal. Mereka meledakkan bom dan membunuhi siapapaun yang divonis kafir. Rela menumpahkan darah siapapun dan enteng merampas harta orang lain. Terjadilah disharmoni.
Ketua PP Muslimat NU Khofifah Indah Parawansa menyampaikan hal itu dalam pengajian Tabligh Akbar Nusantara di Masjid Raya Baiturrahman Simpang Lima Semarang, baru-baru ini.
Di hadapan sekitar 2 ribu kaum muslimin termasuk Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih, Khofifah mengajak segenap umat Nabi Muhammad untuk menghentikan kerusakan yang dibuat oleh kaum radikal itu. Pemerintah dia minta tegas membendung aliran-aliran kejam yang ciri-cirinya sudah sangat jelas tersebut.
“Mari kita lawan radikalisme itu dengan tetap waras menjadi muslim yang berakhlak mulia. Hentikan, bendung mereka dengan kekuatan iman kita. Pemerintah harus tegas, aliran-aliran keras itu ciri dan identitasnya jelas. Tinggal ditindak saja,” tutur tuturnya.
Khofifah menyatakan, Rasulullah itu orang yang menghargai keragaman. Kala membentuk negara di Madinah, Rasul mengajak umat agama lain, Nasrani dan Yahudi bersama menjadi warga. Mereka diikat Nabi dengan Piagam Madinah. Ada konstitusi yang dibuat, bukan semau sendiri memakai dalih syariat untuk menegasikan umat lain, bahkan memerangi saudara sendiri.
“Nabi Muhamamd memberi kita contoh bernegara dengan baik. Beliau memberi kesempatan umat agama lain dan bekerjasama dalam negara. Ada konstitusinya, yaitu Piagam Madinah. Jadi tidak patut kita benarkan ada orang yang merasa benar sendiri hendak menguasai negara,” tegas juri Pildacil ANTV ini.
Pembicara lain, Ustad Wijayanto dari Yogyakarta menuturkan, suatu negara rusak jika membiarkan golongan tertentu bertindak semaunya bahkan berbuat aniaya. Negara yang baik, kata dia, harus menegaakkan keadilan dan membangun kesejahteraan.
“Negara yang baik membutuhkan pemimpin yang adil, orang kaya yang dermawan dan dan doa orang fakir,” ujarnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, masyarakat lebih-lebih generasi muda, sangat membutuhkan syafaat ruhani. Selama ini negara sudah dirasa tidak mampu memenuhi kebutuhan jasmani, apalagi kebutuhan ruhani masyarakat.
Karena itu moral masyarakat semakin hari semakin tampak buruk. Indikasinya adalah kejahatan dan juga radikalisme seperti yang dipaparkan Khofifah tersebut.
Karena itu Wijayanto meminta pemerintah memperbanyak pengajian, jangan memperbanyak pentas dangdutan.
“Selama ini kita kekurangan siraman rohani bukan? Yang bisa mencegah dari akhlak jahat itu kan pengajian. Jadi mestinya yang diperbanyak pengajian atau pentas dangdutan? Kita minta pemerintah menggelar konser musik apa pengajian?,” tanya dia dijawab serentak hadirin: “pengajiaaaaan…..”.
Diambil dari : http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/36114/Warta/Radikalisme_Membuat_Orang_Fobia_Terhadap_Islam.html
Islam adalah agama penuh rahmat, pembawa kasih sayang bagi semesta alam. Nama Islam sendiri bermakna keselamatan, kedamaian. Berabad abad lamanya umat muslim nusantara membuktikan hal itu, sejak masuknya dakwah Islam hingga mendirikan negara Indonesia.
Namun setelah gerakan trans nasional masuk membawa ideologi kebencian, Islam di Indonesia maupun dunia jadi identik dengan terorisme. Gara-gara radikalisme yang dilakukan kaum fundamentalis, orang jadi fobia terhadap Islam.
Kelompok itu berpenampilan berbeda dengan umat muslim yang telah ratusan tahun membangun budaya, mereka menganggap dirinya benar dan selainnya salah dan sesat. Lalu mengobarkan kebencian terhadap adat Nusantara dan menuding Indonesia sebagai negara kafir (darul harb) karena tidak berdasar syariat versi mereka.
Puncaknya, golongan munkar ini menebar teror fisik setelah teror verbal. Mereka meledakkan bom dan membunuhi siapapaun yang divonis kafir. Rela menumpahkan darah siapapun dan enteng merampas harta orang lain. Terjadilah disharmoni.
Ketua PP Muslimat NU Khofifah Indah Parawansa menyampaikan hal itu dalam pengajian Tabligh Akbar Nusantara di Masjid Raya Baiturrahman Simpang Lima Semarang, baru-baru ini.
Di hadapan sekitar 2 ribu kaum muslimin termasuk Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih, Khofifah mengajak segenap umat Nabi Muhammad untuk menghentikan kerusakan yang dibuat oleh kaum radikal itu. Pemerintah dia minta tegas membendung aliran-aliran kejam yang ciri-cirinya sudah sangat jelas tersebut.
“Mari kita lawan radikalisme itu dengan tetap waras menjadi muslim yang berakhlak mulia. Hentikan, bendung mereka dengan kekuatan iman kita. Pemerintah harus tegas, aliran-aliran keras itu ciri dan identitasnya jelas. Tinggal ditindak saja,” tutur tuturnya.
Khofifah menyatakan, Rasulullah itu orang yang menghargai keragaman. Kala membentuk negara di Madinah, Rasul mengajak umat agama lain, Nasrani dan Yahudi bersama menjadi warga. Mereka diikat Nabi dengan Piagam Madinah. Ada konstitusi yang dibuat, bukan semau sendiri memakai dalih syariat untuk menegasikan umat lain, bahkan memerangi saudara sendiri.
“Nabi Muhamamd memberi kita contoh bernegara dengan baik. Beliau memberi kesempatan umat agama lain dan bekerjasama dalam negara. Ada konstitusinya, yaitu Piagam Madinah. Jadi tidak patut kita benarkan ada orang yang merasa benar sendiri hendak menguasai negara,” tegas juri Pildacil ANTV ini.
Pembicara lain, Ustad Wijayanto dari Yogyakarta menuturkan, suatu negara rusak jika membiarkan golongan tertentu bertindak semaunya bahkan berbuat aniaya. Negara yang baik, kata dia, harus menegaakkan keadilan dan membangun kesejahteraan.
“Negara yang baik membutuhkan pemimpin yang adil, orang kaya yang dermawan dan dan doa orang fakir,” ujarnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, masyarakat lebih-lebih generasi muda, sangat membutuhkan syafaat ruhani. Selama ini negara sudah dirasa tidak mampu memenuhi kebutuhan jasmani, apalagi kebutuhan ruhani masyarakat.
Karena itu moral masyarakat semakin hari semakin tampak buruk. Indikasinya adalah kejahatan dan juga radikalisme seperti yang dipaparkan Khofifah tersebut.
Karena itu Wijayanto meminta pemerintah memperbanyak pengajian, jangan memperbanyak pentas dangdutan.
“Selama ini kita kekurangan siraman rohani bukan? Yang bisa mencegah dari akhlak jahat itu kan pengajian. Jadi mestinya yang diperbanyak pengajian atau pentas dangdutan? Kita minta pemerintah menggelar konser musik apa pengajian?,” tanya dia dijawab serentak hadirin: “pengajiaaaaan…..”.
Diambil dari : http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/36114/Warta/Radikalisme_Membuat_Orang_Fobia_Terhadap_Islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar